Elemen-elemen yang terdapat pada Solar System merupakan hasil dari proses
Nucleo-Synthetic dan juga bercampur dengan
Solar Nebula, yang terjadi sebelum terjadinya pertumbuhan planet
yang ada di Solar System. Butiran-butiran
yang terdapat di dalam carbonaceous
condurites menunjukkan rekaman
tentang apa yang terjadi mula-mula hingga proses terakhir yaitu
ledakan supernova yang mengawali pertumbuhan planet-planet dalam kurun waktu
tidak lebih dari miliyaran tahun. Elemen-elemen yang lebih berat dari besi, kebanyakan
didominasi oleh unsur radioaktif yang merupakan hasil dari ledakan supernova.
Elemen non-volatile yang tumbuh di dalam komponen solar system yang termasuk dalam kelompok inner akan membentuk golongan planet terresterial dan juga akan
membentuk body awal dari semua
meteorit. Pencampuran yang terjadi pada proses ini didominasi oleh elemen
dengan nomor atom kelipatan empat dan stuktur nuklir yang terbentuk didominasi
oleh ikatan yang lebih kuat dari 4He (dapat dilihat pada Tabel 2.1).
Nuklida-nuklida yang terdapat pada Tabel 2.1 merupakan nuklida yang menjadi komposisi planet.
Table 2.1 menunjukkan bahwa elemen-elemen
besar yang membentuk semua planet teresterial, juga merupakan elemen yang
membentuk meteorit dan melalui meteorit kita akan mengetahui suatu gambaran umum
tentang planet. Seperti pada meteorit, kandungan dominan pada
elemen-elemen yang terdapat dibumi adalah Oksigen, besi, magnesium dan silika
(nomor massa 16,56, 24, 32). Proporsi massa dari masing-masing elemen dibumi
adalah 31,5%, 30,3%, 15,4%, dan 14,2%, dengan semua elemen yang mengalami
peningkatan hampir sekitar 8,6%.
Tabel
2.1 Perkiraan kandungan relatif berdasarkan massa dari elemen-elemen yang terdapat di solar photosphere,
meteorit dan bumi. Nilai yang normal dapat dilihat pada kandungan silika. Lihat
Newsom (1995) dan McDonough dan Sun (1995).
Nomor
massa isotope
|
isotope
|
matahari
|
meteorites
|
bumi
|
1
|
H
|
1003
|
||
4
|
He
|
392
|
-
|
-
|
16
|
O
|
13.6
|
2.2
|
2.22
|
12
|
C
|
4.4
|
0.33
|
|
20
|
Ne
|
3.5
|
||
56
|
Fe
|
2.6
|
1.81
|
2.14
|
14
|
N
|
1.6
|
0.001
|
20 ppm
|
28
|
Si
|
1
|
1
|
1
|
24
|
Mg
|
0.91
|
0.91
|
1.09
|
32
|
Si
|
0.52
|
0.6
|
0.2
|
36
|
Ar
|
0.13
|
20 ppb
|
20 ppb
|
58
|
Ni
|
0.105
|
0.105
|
0.16
|
40
|
Ca
|
0.092
|
0.088
|
0.12
|
27
|
Al
|
0.08
|
0.082
|
0.11
|
23
|
Na
|
0.049
|
0.047
|
0.013
|
Tabel 2.2 Elemen-elemen
yang dominan terdapat di bumi; presentasi massa untuk mantel, model core dan upper crust akan didiskusikan pada Section 2.7, section 2.8 dan
section 2.9.
Element
|
Upper cont. crust
|
Mantle
|
Outer core
|
Inner core
|
Earth
|
O
|
46.8
|
44.23
|
5.34
|
0.11
|
31.47
|
Fe
|
3.5
|
6.26
|
79.15
|
84.43
|
30.26
|
Mg
|
1.3
|
22.8
|
-
|
-
|
15.36
|
Si
|
30.8
|
21
|
-
|
-
|
14.15
|
Ni
|
-
|
0.2
|
6.49
|
6.92
|
2.27
|
S
|
3
|
0.03
|
8.84
|
8.02
|
2.78
|
Ca
|
-
|
2.53
|
-
|
-
|
1.7
|
Al
|
8
|
2.35
|
-
|
-
|
1.58
|
Na
|
2.9
|
0.27
|
-
|
-
|
0.18
|
Others
|
3.7
|
0.33
|
0.58
|
0.52
|
0.22
|
Mean at. Wt.
|
20.8
|
21.08
|
44.53
|
50.16
|
25.72
|
Terdapat
ketidakpastian dari presentasi komposisi yang telah dijelaskan pada Tabel 2.2
yang diindikasikan dengan terdapatnya perbedaan antara
proporsi dari major refraction elements di
meteorit dan di bumi (dapat dilihat di Tabel 2.1). Kandungan dari metallic iron dimeteorit menunjukkan
bahwa metallic iron juga merupakan
suatu unsur pokok di bumi dalam jumlah yang sangat besar di bagian inti (core) dan hal ini juga dibenarkan ketika
dilakukan identifikasi terhadap inti bumi melalui seismology. Bukti bahwa bumi
didominasi oleh besi (iron) dapat
dilihat bahwa mantel secara keseluruhan ditutupi oleh MgO dan SiO2 ,
dengan kandungan yang paling kecil adalah FeO, CaO, Al2O3,
Na2O dan lain-lain. Oksida-oksida ini membentuk kandungan yang
bervariasi pada mineral-mineral yang terdapat di mantel dengan tekanan yang
dikontrol oleh struktur dari mineral itu sendiri. Dengan memperhatikan unsur
utama dari mantel maka diyakini bahwa
unsur utama mantel secara esensial adalah homogen tetapi karena pada mantel
terdapat lapisan-lapisan yang disebabkan oleh tekanan maka akan menghasilkan
adanya zona transisi yang membuat naiknya densitas pada struktur mineral
terhadap kedalaman.
Unsur pokok pada kerak bumi paling atas (uppermost crust) hanya sekitar 0,5% dari
massa bumi dan hal ini tidak dapat merepresentasikan keseluruhan komposisi
bumi. Jika diteliti lebih dalam hingga ke lapisan mantel bumi diketahui bahwa
mantel bumi berkisar sekitar 67% dari total massa bumi dan inti (core) sekitar 32,5% dari total massa
bumi. Mantel dan inti bumi memiliki material yang lebih padat dibandingkan
dengan kerak bumi dan tekanan yang terdapat pada mantel dan inti bumi juga
lebih besar jika dibandingkan dengan kerak bumi. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai hal ini terdapat metode tidak langsung yang dapat digunakan untuk
melihat pembagian komposisi bumi, seperti dengan seismology (lebih dijelaskan
pada Chapter 17), eksperimen menggunakan tekanan yang tinggi pada masing-masing
material (Section 18.2), analisis pada mantel dengan melihat pembagian unsur
batuan beku yang terdapat pada mantel, perbandingan kandungan unsur radioaktif
dengan menggunakan flux geothermal (Chapter 20) dan keberadaan serta sifat
medan geomagnet (Chapter 24) yang akan
memberikan informasi yang akurat. Semua
metode tidak langsung tersebut akan memberikan petunjuk mengenai komposisi
bumi.
Pada pembahasan kali ini, komposisi
bumi akan dibagi berdasarkan kesamaan unsur pokok non-volatile antara bumi dengan meteorit dan antara bumi dengan solar atmosphere. Walaupun secara garis
besar seluruh planet teresterial ini memiliki dasar penyusun yang sama, tetapi
akan terdapat perbedaan dari sisi proporsinya. Hal ini terjadi disebabkan oleh
karena adanya fraksinasi (fraksinasi
adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran berupa padat,
cair, terlarut, suspense atau isotope, dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi),
pembagian atau perubahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi
yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan
berada diatas)1. Salah satu contoh
adalah planet merkurius
yang memiliki kandungan besi yang sangat tinggi dan hal ini tidak terjadi pada
bumi.
Pada mantel terdapat
zona transisi mineral pada kedalaman 410km dan 660km zona transisi paling kecil terdapat
pada kedalaman 520 km. Berdasarkan arus konveksi, mantel yang paling bawah
dimulai pada kedalaman 660 km dan terus bertambah hingga terdapat batas antara
mantel dan inti pada kedalaman sekitar 2890 km. Untuk daerah diatas
660 km dinamakan mantel atas yang disebut juga dengan zona transisi dan
sifatnya lebih heterogen jika dibandingkan dengan bagian yang lebih dalam dari
zona transisi tersebut. Pada mantel atas dan mantel bawah terdapat perbedaan
secara kimia tetapi perbedaan ini sangat kecil / tidak terlalu terlihat. Telah
banyak perdebatan mengenai konveksi yang terdapat pada mantel atas dan mantel
bawah. Hasil pemikiran zona transisi dan konveksi akan didiskusikan pada
termodinamika pada konveksi mantel pada Chapter 22. Pemisahan secara kimia pada
mantel atas dan mantel bawah akan memberikan gambaran mengenai komposisi yang
tidak pasti. Kandungan mineral pada intan merupakan suatu bukti bahwa bagian
mantel paling bawah merupakan origin dan
‘hot spot’ basalt yang diyakini bahwa
pada mantel bagian bawah ini merupakan bagian pelelehan parsial dari plumes konveksi yang merupakan dasar
dari mantel (hal ini akan dibicarakan pada Chapter 12) yang juga akan
membicarakan
mengenai homogenitas dari mantel.
Secara seismology diindikasikan bahwa slab litosfer yang dingin/kaku, terdapat
subduksi dari permukaan hingga
penetrasi dalam hingga kepada mantel yang paling bawah.
Model yang memberikan gambaran komposisi
mantel berasal
dari meteorite primitif (type 1
carbonaceous) yang mengandung vollatiles
(unsur pokok inti bumi tidak termasuk di dalamnya) dan mengacu pada model
pyrolite. Model ini berasal dari A.E Ringwood dari elemen pecahan-pecahan dalam
proses pelelehan parsial yang menghasilkan magma yang bersifat basalt. Walaupun
secara pemikiran dalam proses ini terdapat api, kata pyrolite adalah kontraksi
dari dua prinsip mineral yaitu PYRoxene dan Olivine, kombinasi sederhana yang
merupakan pendekatan dari komposisi mantel. Secara numerik terdapat variasi
dari model pyrolite, dapat dilihat pada tekanan yang rendah bentuknya menjadi
60% olivine ((MgFe)2SiO4), 30% pyroxene ((MgFe)SiO3)
dan 10% garnet ((FeMgCa)3Al2Si3O12).
Garnet lebih close-packed daripada
olivine dan pyroxene dan garnet juga jauh lebih dapat bertahan terhadap
tekanan.
Mantel tidak dapat
merepresentasikan bumi dikarenakan beberapa elemen terutama besi (iron) yang justru lebih banyak terdapat
di core, walaupun besi merupakan
elemen yang lebih dominan, inti bumi 10% kurang padat jika dibandingkan dengan
besi alami yang berada pada kondisi yang sama dan hal ini terjadi karena inti
bumi merupakan pencampuran elemen-elemen yang lebih ringan dan hal ini menyebabkan
perdebatan dalam beberapa dekade
(Poirier, 1994). Kandidat yang lebih serius menyatakan bahwa penambahan
berat atom dan massa atom di outer core
membutuhkan unsur yang lebih ringan, H (1,4%), C (10,6%), O (12,7%), Si
(17,7%), S (18,2%). Unsur-unsur ini mempengaruhi estimasi mengenai komposisi
bumi. Argumen di section 2.8 menyatakan bahwa outercore lebih dominan merupakan pencampuran dari S dan O dan diinner core adalah S dan sedikit O.
Keberadaan H dan C harus diakui tetapi Si tidak dominan. Pada core kandungan Ni lebih dominan dan Ni
merupakan komposisi dari carbonaceous
condrites dan kandungan Ni juga terdapat pada iron meteorites Untuk komposisi
mantel dan kerak (silicate earth) kita menggunakan model McDonough dan Sun
(1995) dan perkiraan komposisi core pada Tabel 2.5 untuk memperoleh hasil total
bulk komposisi bumi pada Tabel 2.2. Komposisi
kerak paling atas (upper crust) di
area continent/benua yang diestimasikan
oleh McLennan (1995). Komposisi kerak sangat beragam dan sangat berbeda dengan
komposisi mantel. Dengan memperhatikan unsur pokok utama penyusun bumi,
komposisi kerak lebih pasti dan elemen-elemen kecil dari bumi banyak
terkonsentrasi pada kerak. Unsur radioaktif yang sangat penting seperti K, U
dan Th (Lihat Chapter 21). Batas antara kerak dan mantel (diskontinuitas mohorivicic) dapat diidentifikasi dengan densitas
dan kecepatan seismik dan hal ini ditandai dengan adanya perbedaan komposisi
antara kerak dan mantel yang terdapat pada konsentrasi Mg yang dikompensasikan
oleh Al. Jika dilihat dari awal terbentuknya elemen ini, komposisi kerak lebih
dominan adalah Si dan Al, sedangkan untuk mantel adalah Si dan Mg.
Ringkasan klasifikasi elemen dari
evolusi bumi berdasarkan
sifat
geokimianya dapat dilihat pada Tabel periodik yaitu Tabel 2.3.
Elemen Siderophile (Iron-loving) diduga merupakan unsur pokok dari core yang merupakan unsur yang sangat
rapat, dapat dilihat pada
Tabel dan elemen-elemen yang terdapat pada
atmosfer juga termasuk kedalam
kategori yang sama. Elemen Lithopile (Silicate-loving) akan hilang setelah terjadi ekstraksi dari elemen siderophile dan calcophile. Terdapat elemen-elemen grup yang tidak tepat untuk
dimasukkan kedalam struktur kristal mantel dan termasuk fluida selama
terjadinya proses pelelehan parsial. Proses
vulkanik membuat elemen-elemen grup yang tidak tepat pada struktur Kristal
mantel ini terdapat dikerak. Proses vulkanik ini juga termasuk dalam semua
jenis radioaktif termal yang sangat penting dan proses ini menyebabkan elemen
Mg menjadi tertinggal dan tetap berada pada mantel.
Hydrogen terutama dalam bentuk air
merupakan hal yang krusial/penting di bumi walaupun tidak muncul pada daftar
kandungan elemen dominan di Tabel 2.2. Tetapi elemen ini sangat spesial,
terutama untuk dipermukaan karena sekitar 70% permukaan bumi ditutupi oleh air
dan hal ini juga terjadi pada mantel. Air merupakan sebuah siklus yang mencakup
atmosfer dan volume air akan selalu sama dengan volume air disamudera sekitar
3000 tahun yang lalu. Air disamudera memiliki siklus dengan mantel bagian atas
dan terus menuju ke bawah hingga ke dalam daerah subduksi dengan seafloor sediments. Seperti yang kita
ketahui, tektonik bergantung pada siklus tersebut. Air juga terpengaruh terhadap
batuan-batuan yang terdapat pada mantel. Walaupun terdapat hubungan tidak langsung dari kandungan
air yang terdapat didalam mantel yang
dipelajari dari pulau yang terdapat disamudera yang bersifat basalt,
tetap saja viskositas tidak dapat
diterangkan tanpa adanya air. Tentang keberadaan hidrogen pada core secara khusus akan diterangkan pada
section 2.8 tetapi hidrogen
bukan merupakan komponen besar yang
terdapat pada model komposisi di Tabel 2.5.
Pada diskusi kali ini,
komposisi bumi hanya dilihat dari atmosfer dengan adanya hasil dari outgassing dan bukti-bukti dari peristiwa evolusi yang menjadi
sebuah rekaman sejarah terbentuknya bumi. Lingkungan bumi memang unik seperti yang diilustrasikan dengan melihat perbandingan
atmosfer di venus, bumi dan mars.
No comments:
Post a Comment